Menjadi (benar-benar) Manusia
Bagi kamu yang mudah
saja berkomunikasi dengan orang lain, tertawa dan membicarakan apa saja, bersyukurlah, karena seseorang yang disini terkadang sangat sulit
memulai sesuatu, bergabung dan terjun lebih dalam di sebuah percakapan.
Seseorang yang disini lebih handal menciptakan suasana kikuk dan membuat orang
lain pergi menjauh. Pikiran yang membelit ini diciptakannya hanya untuk diri
sendiri, tidak untuk dia bagikan ke yang lain. Kalau saja dunia ini hanya penuh
dengan tulisan, mungkin dia yang akan menang. Itupun jika tidak ada lagi yang
seperti dirinya. Dalam imaji, dia ralat duka menjadi bahagia bahwa dia,
kenyataannya, tidak bisa mengeksiskan dirinya dalam lingkungan, berharap
dirinya tidak nyata, fiksi, dan hanya seorang karakter di sebuah buku atau
ornamen dalam mimpi orang lain. “Persetan dengan luka”, pikirnya. Satu yang
diinginkannya, rasa menjadi manusia.
0 comments:
Post a Comment