catch the rawr hint!

Wednesday, December 25, 2013

Selamat Jalan, Ri.

Saya benar-benar terkejut setelah mendapat sebuah kabar hari Jumat pekan lalu, di minggu tenang sebelum UAS. Awalnya, saya melihat salah satu akun Twitter kampus memberitahukan ada mahasiswa Unpad yang hilang terseret ombak di pantai Garut. Saat itu hanya tertera dengan titel ‘Mahasiswa Unpad’, beberapa menit kemudian barulah akun itu memberitahu bahwa korbannya bernama Hari Syahman. Hari? Saya sepertinya tidak asing dengan nama ini. Personal Message BBM salah satu teman saya juga seperti ini “Hari dimana? :(”, saya langsung saja menanyakan kepadanya tentang kabar itu. Benar saja. Dia adalah Hari, teman saya satu divisi di suatu kepanitiaan bulan lalu. 
Berita itu seperti petir yang menggelegar di siang hari terik. Itu---Hari? saya kaget dan bingung melihat beberapa versi cerita di akun Twitter dan media. Minggu tenang saya menjadi tidak begitu tenang mengingat kabar tentang hal ini.
Hari adalah ketua angkatan himpunan mahasiswa sastra arab 2013. Supel, jahil, dan satu yang saya suka darinya, sederhana mulai dari parole ucapan hingga penampilan. “Ana-ente” juga ciri khas dari foto nomor satu di kolom follower saya ini. Momen terakhir saya berinteraksi dengannya adalah saat saya sedang berada di depan kelas lantai bawah, dia turun lewat tangga dari lantai atas dan menabrakkan tubuhnya ke arah saya secara tiba-tiba lalu tertawa.
Kemarin, di musholla fakultas, saya bertemu dengan Wardah. Dia teman satu jurusan dengan Hari. Saya pikir dia tahu percis bagaimana kejadian itu. Menurut cerita yang saya dengar dari Wardah, Hari, saat itu sedang berekreasi dengan teman-temannya di Pantai Guha, Garut. Dia berenang menyelamatkan salah satu temannya yang tenggelam. Teman yang diselamatkannya selamat karena terseret ombak ke tebing samping pantai. Sementara itu, Hari terseret ombak hingga ke tengah laut dan hilang. Subhanallah.... saya semakin miris mendengar cerita itu. 
Pencarian tim SAR, BEM, BPM, dan komunitas fakultas mulai dari hari jumat hingga kemarin tidak membuahkan hasil. Pencarian Hari resmi di hentikan kemarin dengan jarak terjauhnya 92 km dari bibir pantai. Selamat jalan kawan. Dimana pun dan bagaimana pun keadaanmu, kamu telah pergi membawa kebaikan bersama memoir bagi setiap kepala yang akan selalu merindukan gelak tawamu. Kami senatiasa mengirim doa, Allah pasti tahu yang terbaik bagi mu, Ri. 
Jgn selalu berpikir apa yg kita dapat, pikirkan juga apa yang telah kita beri. Karena kita akan mendapat apa yang kita beri. Bahkan berlipat :) - tweet terakhir @hari_es

Saturday, December 14, 2013

Berpuisi, yuk!

#puisimalam adalah forum yang dibuat akun Twitter @nulisbuku yang memberikan kesempatan followers-nya membuat puisi, dengan satu kata yang harus disertakan di setiap puisinya. Beberapa kali saya berpartisipasi di #puisimalam. Ini adalah beberapa di antaranya:
  • Kamu mengubahnya dari rasa rindu yang tertuang ke dalam barisan. Kata itu bermain, lalu terbang hingga ke telingaku.
  • Bulir-bulir harapan yang pelik untuk semesta rasakan. Tak heran dirimu sukar menerima kartu dari seseorang yang lain.
  • Salahkan mereka yang tidak pernah bosan bersesakkan di sana. Selamat datang untuk engkau, pemenang kartu.
Banyak sekali puisi yang diretweet oleh @nulisbuku dan saya suka, seperti:
  • @phijatuasri: Ada selarik rindu di sini, di secarik kartu pos yang terhanyut sepi. Pergi, menemuimu dalam sembunyi.
  • @9ulamerah: Di sebuah toko, ada kartu yang sengaja tak diperjual-belikan, konon katanya; itu adalah setumpuk kenangan.
  • @penuliscemen: Mainkan saja nadamu, sedang aku dengan kataku. Mari kita hidup dengan kesenangan masing-masing.
Asyik sekali bisa berbagi kata-kata indah penuh makna dengan sesama. Walaupun sulit  diretweet oleh akun ini, saya senang bisa ikut ambil bagian di #puisimalam sembari mengasah kreatifitas berbahasa dalam waktu satu jam. Oh ya, sudah banyak followers yang mempublish buku mereka lewat akun ini, lho. 

Suka nulis puisi? Yuk follow @nulisbuku dan ikuti #puisimalam-nya. :)

Tulislah puisi, saat nada atau gambar sulit mengungkap suatu kata yang tertahan di lidah. 

Menjadi (benar-benar) Manusia

Bagi kamu yang mudah saja berkomunikasi dengan orang lain, tertawa dan membicarakan apa saja, bersyukurlah, karena seseorang yang disini terkadang sangat sulit memulai sesuatu, bergabung dan terjun lebih dalam di sebuah percakapan. Seseorang yang disini lebih handal menciptakan suasana kikuk dan membuat orang lain pergi menjauh. Pikiran yang membelit ini diciptakannya hanya untuk diri sendiri, tidak untuk dia bagikan ke yang lain. Kalau saja dunia ini hanya penuh dengan tulisan, mungkin dia yang akan menang. Itupun jika tidak ada lagi yang seperti dirinya. Dalam imaji, dia ralat duka menjadi bahagia bahwa dia, kenyataannya, tidak bisa mengeksiskan dirinya dalam lingkungan, berharap dirinya tidak nyata, fiksi, dan hanya seorang karakter di sebuah buku atau ornamen dalam mimpi orang lain. “Persetan dengan luka”, pikirnya. Satu yang diinginkannya, rasa menjadi manusia.

"Mana Papermu?"

Siang ini, saya baru saja pulang dari tempat saya mencari kelanjutan ilmu. Pulang ke rumah yang baru tiga hari keluarga saya tempati. Kira-kira sama besar dengan rumah yang lama. Saya tiba di rumah, berbungkus baju hijau dengan totol-totol air hujan. Untung saja, Papa rela menjemput di shelter bis yang berada di perumahan kami. Kini, saya duduk beralaskan lantai putih, bersandar pada tembok berwarna biru langit, dan dihadapkan pada komputer jinjing yang ditaruh di meja kecil cokelat kayu. Mata saya tertuju pada satu layar. Disana tertera "Mana Papermu?"

Paper merupakan bukti dari ilmu yang telah kita dapat selama kurun waktu tertentu. Biasanya terdiri dari 6 halaman dengan tema sesuai bidang ilmu masing-masing. Bidang ilmu yang  saya ambil adalah sastra Inggris. Satu-satunya mata kuliah yang mengharuskan saya untuk membuat paper adalah mata kuliah Introduction to Prose.

Mata kuliah ini, menurut saya, adalah yang paling membukakan mata terhadap bidang ilmu dalam pengutamaan sastra. Dahulu, saya hanya tahu cerita-cerita yang sudah pasti endingnya; antara sedih atau senang. Setelah kurang lebih lima bulan belajar, saya banyak menemukan cerita karya pujangga-pujangga dunia yang tidak mempunyai akhir, tidak beresolusi, bahkan dalam keadaan yang tidak sedih ataupun senang. Banyak cerita yang tidak hanya berkutat soal cinta, tetapi luas cakupannya, mulai dari cerita anak kecil umur 8 tahun yang terpaksa membantu ayahnya menolong kelahiran seorang wanita di perkemahan Indian, hingga cerita dua dosen sastra Inggris yang bertukar tempat kerja dan juga berselingkuh dengan istri masing-masing. Mata kuliah ini membuat saya harus masuk ke dalam cerita-cerita hebat karya pujangga-pujangga ternama, dan terkadang mengabaikan cerita yang harusnya saya ukir sendiri.

Bukan hanya soal mata kuliah-nya saja yang menarik, tetapi juga pengajarnya. Bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik. Bisa dibilang, 75% yang beliau katakan di kelas bukan tentang bagaimana mata kuliah Prose dapat langsung diterapkan oleh mahasiswa-nya. Penyampaian materi yang beliau berikan, yang saya tangkap, lebih banyak yang yang tersalurkan secara tersirat. Mengenai tugas, contohnya. Waktu itu, kami diberi deadline sekitar 7 jam untuk membandingkan 3 cerita karya David Lodge, Conan Doyle, dan Mary Rowlandson. Kami harus memaparkan perspektif narator masing-masing cerita dan membandingkannya tanpa beliau beritahu bagaimana caranya. Menurut beliau, kriteria mahasiswa yang cerdas adalah yang bisa bertanya bukan bisa menjawab. Bisa ditebak, tidak ada satupun dari kami yang berani bertanya.

Kembali ke paper. Salah satu contoh paper dari mahasiswa satu tingkat di atas saya yang bernama Rizky mengangkat tema ironi dan sarkasme. Saya memintanya untuk mengirimkan final paper tersebut sebagai bahan saya untuk melihat bagaimana sih mulainya. Saya terkejut melihat bagian akhir paper miliknya. Di bagian akhir, dia menghubungkannya dengan sejarah revolusi Inggris dan Amerika. Kalau dipikir-pikir, saya terlalu muluk melihat contoh yang seperti ini.

Sampai detik ini, detik saya mengetik kata demi kata di layar komputer jinjing ini, saya belum mau beranjak mengerjakan paper yang deadline-nya minggu kedua bulan Januari. Entahlah, saya yang masih ingin menikmati rumah baru atau udara sejuk khas musim hujan yang selalu bisa membuai saya untuk menunda pekerjaan. Kenyataannya, jika saya memang berniat mengerjakannya, bisa saja sekitar satu jam yang lalu paper saya sudah menginjak kata ke-500 sama seperti post ini, yang kemudian saya jadikan alasan untuk menunda pembuatan paper tersebut. Niat saya mengakhiri post ini juga bukan berarti awal saya mengerjakan paper, tetapi awal saya memikirkan hal apa lagi yang bisa menunda paper sampai pada akhirnya saya benar-benar berniat mengerjakannya.

Popular Posts

Powered by Blogger.