catch the rawr hint!

Saturday, December 14, 2013

"Mana Papermu?"

Siang ini, saya baru saja pulang dari tempat saya mencari kelanjutan ilmu. Pulang ke rumah yang baru tiga hari keluarga saya tempati. Kira-kira sama besar dengan rumah yang lama. Saya tiba di rumah, berbungkus baju hijau dengan totol-totol air hujan. Untung saja, Papa rela menjemput di shelter bis yang berada di perumahan kami. Kini, saya duduk beralaskan lantai putih, bersandar pada tembok berwarna biru langit, dan dihadapkan pada komputer jinjing yang ditaruh di meja kecil cokelat kayu. Mata saya tertuju pada satu layar. Disana tertera "Mana Papermu?"

Paper merupakan bukti dari ilmu yang telah kita dapat selama kurun waktu tertentu. Biasanya terdiri dari 6 halaman dengan tema sesuai bidang ilmu masing-masing. Bidang ilmu yang  saya ambil adalah sastra Inggris. Satu-satunya mata kuliah yang mengharuskan saya untuk membuat paper adalah mata kuliah Introduction to Prose.

Mata kuliah ini, menurut saya, adalah yang paling membukakan mata terhadap bidang ilmu dalam pengutamaan sastra. Dahulu, saya hanya tahu cerita-cerita yang sudah pasti endingnya; antara sedih atau senang. Setelah kurang lebih lima bulan belajar, saya banyak menemukan cerita karya pujangga-pujangga dunia yang tidak mempunyai akhir, tidak beresolusi, bahkan dalam keadaan yang tidak sedih ataupun senang. Banyak cerita yang tidak hanya berkutat soal cinta, tetapi luas cakupannya, mulai dari cerita anak kecil umur 8 tahun yang terpaksa membantu ayahnya menolong kelahiran seorang wanita di perkemahan Indian, hingga cerita dua dosen sastra Inggris yang bertukar tempat kerja dan juga berselingkuh dengan istri masing-masing. Mata kuliah ini membuat saya harus masuk ke dalam cerita-cerita hebat karya pujangga-pujangga ternama, dan terkadang mengabaikan cerita yang harusnya saya ukir sendiri.

Bukan hanya soal mata kuliah-nya saja yang menarik, tetapi juga pengajarnya. Bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik. Bisa dibilang, 75% yang beliau katakan di kelas bukan tentang bagaimana mata kuliah Prose dapat langsung diterapkan oleh mahasiswa-nya. Penyampaian materi yang beliau berikan, yang saya tangkap, lebih banyak yang yang tersalurkan secara tersirat. Mengenai tugas, contohnya. Waktu itu, kami diberi deadline sekitar 7 jam untuk membandingkan 3 cerita karya David Lodge, Conan Doyle, dan Mary Rowlandson. Kami harus memaparkan perspektif narator masing-masing cerita dan membandingkannya tanpa beliau beritahu bagaimana caranya. Menurut beliau, kriteria mahasiswa yang cerdas adalah yang bisa bertanya bukan bisa menjawab. Bisa ditebak, tidak ada satupun dari kami yang berani bertanya.

Kembali ke paper. Salah satu contoh paper dari mahasiswa satu tingkat di atas saya yang bernama Rizky mengangkat tema ironi dan sarkasme. Saya memintanya untuk mengirimkan final paper tersebut sebagai bahan saya untuk melihat bagaimana sih mulainya. Saya terkejut melihat bagian akhir paper miliknya. Di bagian akhir, dia menghubungkannya dengan sejarah revolusi Inggris dan Amerika. Kalau dipikir-pikir, saya terlalu muluk melihat contoh yang seperti ini.

Sampai detik ini, detik saya mengetik kata demi kata di layar komputer jinjing ini, saya belum mau beranjak mengerjakan paper yang deadline-nya minggu kedua bulan Januari. Entahlah, saya yang masih ingin menikmati rumah baru atau udara sejuk khas musim hujan yang selalu bisa membuai saya untuk menunda pekerjaan. Kenyataannya, jika saya memang berniat mengerjakannya, bisa saja sekitar satu jam yang lalu paper saya sudah menginjak kata ke-500 sama seperti post ini, yang kemudian saya jadikan alasan untuk menunda pembuatan paper tersebut. Niat saya mengakhiri post ini juga bukan berarti awal saya mengerjakan paper, tetapi awal saya memikirkan hal apa lagi yang bisa menunda paper sampai pada akhirnya saya benar-benar berniat mengerjakannya.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.